Breaking News

Darah Kepemimpinan Figur Gurutta Syamsul Bahri


Potret foto bersama arisan Wija Ranreng Keera, Minggu 12 Mei 2024.

WAJO--- Darah kepemimpinan tidak dapat dipungkiri dalam perjalanan kehidupan manusia di punggung bumi ini. Sejarah kepemimpinan manusia, kadangkala datang menurun melalui darah genetika seorang pemimpin secara turun temurun (silsilah). Termasuk dalam darah kenabian dan kerasulan, hampir semuanya menurun dari dua anaknya Nabi Ibrahim as. Khusus Bani Israil, turun dari Nabi Ishaq as., sedangkan Rasulullah Muhammad Saw. datang dari Nabi Ismail as.


"Menurutnya mungkin teori itulah sehingga sejarah kepemimpinan kerajaan masa lalu, patuh berpedoman pada silsilah keturunan yang menjadi "putra mahkota," tanpa memperhitungkan kapasitas dan integritas seorang pria putra mahkota, sehingga otomatis mahkota kerajaan terpasang di kepalanya." Ucap Syamsul Bahri, S. Pd. Senin 13 Mei 2024.


Syam menjelaskan, bahwa salah satu kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Bone adalah Keera. Kerajaan itu dipimpin (Arung) oleh La Makkasau, putra dari La Temmasonge To Appewaling raja ke 22 Bone. Dan beliaulah tokoh yang mempersatukan 7 kerajaan (Wanua) kecil menjadi satu wilayah kekuasaan di bawah Kerajaan Bone, yang dipimpin seorang panglima perang, bergelar "Dulung." Jadi, Dulung pertama dipegang oleh La Makkasau Arung Keera.


Pada tahun 1909 "Tellu BoccoE." Tiga kerajaan besar hancur terkalahkan oleh Belanda, ketika momentum kekalahannya dalam pertarungan perang. (Rumpa'na Bone) Ketiga kerajaan tersebut, jatuh di bawah bayang-bayang kekuasaan Belanda. Dengan demikian, kedudukan ketiga rajanya tidak berdaulat lagi, melainkan menjadi boneka saja. Pada saat inilah Pitumpanua diserahkan ke Kerajaan Wajo oleh Belanda, dan khususnya Wanua Keera dipimpin oleh seorang "Ranreng." (mirip Perdana Menteri pada sistem Parlementer sekarang ini) Akan tetapi, tidak memiliki perwakilan (Petta pa'bicara)pada pemerintahan Arung Matoa Wajo, sebagaimana adanya Ranreng Benteng Pola, Salo Tenreng, dan Tuwa. Ketiganya masing-masing mengutus perwakilan pembicara sebanyak sepuluh orang. (Petta Pa'bicara)


Ranreng Keera dipegang pertama oleh I Paru Daeng Niati, putri dari La Relli To Mappemadeng bin La Paduai Petta Puji (Dulung Pitumpanua) bin La Makkasau (Arung Keera). Kemudian menurun ke putranya yang bernama La Mappaseleng Daeng Patalo (Ranreng Keera II). Dari sinilah darah kepemimpinan (hereditas) mengalir ke dalam diri Gurutta Syamsul Bahri, S. Pd. salah seorang balon bupati/wakil bupati di Wajo, di mana melalui Indo Sakka Daeng Niabara selaku ibunya. Lalu, dari I Rabiah Daeng Tasessu, ibunya selaku sang nenek "Gurutta Gelora Harapan Wajo."


"Silsilah keluarga 'Ranreng Keera,' (Wija Ranreng Keera) merawat keutuhan dan kerukunan, melalui salah satu acara rutinitas setiap bulan, yakni "Arisan" secara bergilir dari rumah ke rumah keluarga selaku tuan rumah pelaksana acara tersebut. Nah, secara aklamasi pula pada awal pertemuannya, Gurutta yang disepakati selaku ketua Daerah Wajo." Terangnya.



Wija Ranreng Keera (WRK) Community



0 Comments

© Copyright 2022 - Sulselkpk.co.id I Bersama Rakyat Perangi Korupsi